kisahwali dan sufi Kitab and Book Review Kitab dan Book Review Majlis Haul Makam makam. manaqib Perubatan Islam ramadhan Rumi sadaqah Sayyidah Nafisah Selawat SeniBudaya Sheikh Abdul Qadir al-Jailani Sheikh Tokku Ibrahim Mohamad Syaikh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi Syeikh Abdul Malik bin Abdullah Syeikh Abdullah Al-Qumairi Syeikh Ahmad Al Fatani
PerjalananSalik Menuju Tuhan Religion Tauhid 190 Salik bertasbih memuji dan menyucikan Allah di dalam rukuknya kerana sedar bahawa segala pergerakan dalam sujudnya itu digerakkan oleh Allah dan pergerakan itu walau zahirnya dari diri hamba tetapi hakikatnya adalah gerakan dari Allah.
Dalampandangan tasawuf, Tarekat berarti "Jalan khusus bagi kaum sufi yang sedang menempuh perjalanan menuju Allah. Seorang penempuh (al-salik) atau pencari (murid) adalah seorang musafir yang sedang menapaki jalan kehidupan. Perjalanan setapak demi setapak yang mengantarkan pada derajat yang lebih tinggi (maqamat). Perjalanan menuju Allah
Layaknyasuatu perjalanan mendaki di permukaan bumi yang harus melewati. tempat-tempat persinggahan, begitu pula perjalanan menuju Allah. Persinggahan, yang juga disebut dengan istilah manzilah ini harus. dilewati setiap hamba dalam hidupnya dalam perjalanannya menuju Allah. Semua ini merupakan huraian yang disampaikan oleh Ibnu Qayyim dari.
Jalanorang-orang sufi.. Pecinta menuju makrifatullah Blog ini saya persembahkan untuk saudara2ku sesama muhibbun pencari cinta dan makrifatullah,belajar dan mengikuti jalan tasawuf. Meneladani dan mengikuti jalan para Awlia Allah. Semua Artikel dan foto didalam blog ini dibuat untuk pecinta ilmu dan penambah wawasan keislaman. sy perbolehkan
JtIJ. ďťżKompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. âTentang Perjalanan Ruhani Menuju Tuhanâ. Perjalanan menuju Tuhan, fase sebelum di lahirkan ke dunia. Hakekatnya ketika manusia dilahirkan ke dunia fana ini adalah sebuah fase perjalanan menuju Tuhan. Tahapan ini bisa dikatakan fase yang ke dua, mencari jalan pulang menuju Allah Swt. Sebuah tahapan perjalanan ruhani menuju Sang Pencipta yaitu Allah Swt. Dalam perjalanan ruhani ini setiap manusia di wajibkan untuk berusaha mendekatkan diri. Interopeksi diri dan memperbaiki diri ketika mendapat ujiannya saat menjalani kehidupan di dunia. Setiap apa yang kita kerjakan, akan menerima pertanggung jawaban di kehidupan akherat nanti. Sebuah perjalanan ruhani dengan mendekatkan diri adalah salah satu tujuan yang mulia untuk mengenal Rabb-Nya, Allah Swt. Akan tetapi sangat beresiko jika kita tidak memiliki pengetahuannya. Apalagi tanpa sesorang mursid yang membimbing melewati tahapannya. Sebuah tahapan perjalanan ruhani menuju Allah Swt yang wajib di landasi dengan hati bersih dan tulus. Hati yang ikhlas dan tulus menjadi syarat utama jika menempuh jalan ini. Siapapun bisa menempuhnya dan tidak harus manusia yang berpikiran cerdas, berintelektual, untuk mengenal Allah Swt. Tidak jarang pengetahuan tetang syariat dan perbedaan madzab akan menjadi sebuah hijab. Menjadi penghalang dalam proses dan tahapan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Perjalanan ruhani dengan mengenal diri sendiri sebagai makhluk ciptaanNya, membuka jalan untuk mengenal Allah setiap jiwa atau ruh manusia sebelum dilahirkan ke dunia berada di alam ruh. Tempat berkumpulnya ruh atau jiwa sebelum mereka ditiupkan ke alam kandungan. Di jadikanlah setiap ruh berpasang-pasangan sesuai yang tertulis di dalam buku catatan takdir setiap manusia. Allah Swt telah mengambil perjanjian dan kesaksian setiap ruh, sebelum ruh ditiupkannya ke alam kandungan. Ini-lah peristiwa yang terjadi di alam ruh, ditahapan ini setiap jiwa atau ruh memulai perjalanannya. Sebuah fase pertama perjalanan dari alam ruh menuju alam kandungan atau sebelum titik nol/zero. Saat janin berusia tiga bulan dalam rahim ibu, ditiupkanlah ruh ke dalam diri seorang bayi. Tahapan awal kehidupan di alam kandungan atau titik nol sebuah kehidupan. Hingga saatnya dilahirkan ke dunia menjadi seorang manusia dengan semua hakekatnya tidak ada satu jiwa pun atau ruh yang lahir ke dunia. Kecuali Allah telah mengambil perjanjian dan kesaksian mereka di alam ruh. Allah Swt adalah Rabb sekalian alam dan tidak ada satu pun makhluk yang boleh mengingkari ke Esaan-Nya. Dimana setiap jiwa atau ruh telah diambil kesaksian dan perjanjian dengan Allah Swt. Di hadapan Allah Swt, Nabi Adam dan penduduk langit sebagai saksinya. Secara fitrah kadang manusia memang lupa akan perjanjian itu, dan Allah Swt pasti akan mengingatkan. Semoga kita selalu menjadi orang-orang yang diridoi Allah Swt, untuk memegang teguh kesaksian kita. Dinyatakan dalam Al Quran ayat di bawah ini âDan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyerukan supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia Allah telah mengambil perjanjianmu, jika kamu adalah orang-orang yang beriman.âQS. Al Hadid, 57 8.. Perjalanan manusia di dunia, mencari jalan pulang menuju Allah menuju Allah Swt menurut para sufi ibarat sebuah perjalanan mendaki gunung yang tinggi. Fase pertama perjalanan menuju Allah Swt dikatagorikan sebagai perjalanan yang sulit, terasa sempit, dan berliku. Dibutuhkan sebuah tekad yang kuat melangkah ke depan karena banyak rintangan dan godaan. Jejak langkah para sufi adalah jalan khusus yang berat untuk diikuti, namun tidak mustahil menjalaninya. 1 2 Lihat Filsafat Selengkapnya
Syekh MuḼammad AmĂŽn al-KurdĂŽ menjelaskan bahwa titik awal permulaan jalan para sufi Ahlussunnah wal Jamâah adalah pergi/kembali al-firâr kepada Allah dari segala sesuatu, dan titik tujuan akhir dari perjalanan mereka adalah bergantung at-taalluq sepenuhnya kepada Allah. Kedua hal ini disinggung dalam Al-Qurâan, yaitu âMaka bersegeralah menuju kepada kepada Allahâ QS. AĹź-ŝâriyât [51] 50. âKemudian setelah itu, biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannyaâ QS. Al-Anâm [6] 91 TanwĂŽr al-QulĂťb, hlm. 41-42.Adapun jalan menuju Allah adalah sebanyak napas makhluk-makhluk-Nya. Oleh karena itu, umat Islam bisa sampai kepada Allah melalui jalan yang beragam, seperti zuhud, sedekah, memperbanyak baca salawat, dan lain sebagainya Habib Zein bin Smith, Al-Fawââid al-Mukhtârah, 2008 128. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok keagamaan tertentu baik kelompok tarekat, maupun ormas Islam lainnya tidak bisa memonopoli jalan menuju Allah. Sebab, jalan menuju Allah adalah sebanyak napas makhluk-makhluk-Nya, dan tidak terbatas kepada kelompok keagamaan Syekh ZainuddĂŽn al-MalĂŽbârĂŽ dalam salah satu nazamnya, setiap Muslim memiliki jalan tersendiri dalam menuju Allah; yang dengan jalan itu dia sampai kepada-Nya, seperti mendidik umat manusia, memperbanyak wirid baik salat maupun puasa, mengabdi khidmah kepada umat, dan sedekah seperti mengumpulkan kayu bakar untuk dijual dan hasilnya disedekahkan dsb. Hidâyah al-AĹźkiyââ ilâ ᚏarĂŽq al-Awliyââ, 1303 11.Suluk Para PendidikSayyid BakrĂŽ al-MakkĂŽ menjelaskan bahwa umat Islam baik ulama maupun masyarakat umum memiliki jalan yang berbeda-beda dalam menuju Allah, sebagaimana disebutkan oleh Syekh ZainuddĂŽn al-MalĂŽbârĂŽ. Hal ini karena banyaknya jalan menuju Allah, di mana masing-masing jalan tersebut mengantarkan para salik orang yang berjalan menuju Allah sampai kepada-Nya Kifâyah al-Atqiyââ wa Minhâj al-Aᚣfiyââ, 1303 12.Dalam hal ini, sebagian umat Islam menuju Allah dengan jalan mengajar dan mendidik umat manusia, seperti ibadah, akhlak yang luhur, dan lainnya hlm. 12. Menurut Nabi Isâ as., sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah saw., âBarangsiapa yang memiliki ilmu, mengamalkannya, dan mengajarkanmenyebarkan-nya kepada orang lain, maka dia akan mendapatkan panggilan yang agung di kerajaan langitâ Imam al-GazâlĂŽ, IḼyââ UlĂťmi ad-DĂŽn, 2005 17 dan Minhâj al-Mutaallim, 2010 71.Dalam kesempatan lain, Rasulullah saw. menyebutkan bahwa orang yang paling dermawan di muka bumi setelah beliau adalah orang berilmu yang mengajarkan dan menyebarkannya. Seorang ulama berpendapat bahwa orang yang menghidupkan orang bodoh dengan cara mendidiknya, maka dia seperti menghidupkan seluruh umat manusia Imam an-NawawĂŽ, SyarḼ al-ArbaĂŽn an-Nawawiyyah, hlm. 98-99.Makanya, tidak heran jika Imam al-GazâlĂŽ mengatakan bahwa pengajar dan pendidik laksana mentari yang menyinari kehidupan dan kesturi yang mewangikan sekelilingnya. Oleh karena itu, setiap Muslim yang menjadi pendidik harus senantiasa menjaga adab tatakrama mendidik. Sebab, mendidik manusia merupakan perkara yang sangat agung dan penting Kifâyah al-Atqiyââ, hlm. 12.Suluk Para Abid dan Para AbdiSebagian umat Islam menuju Allah dengan jalan memperbanyak wirid dan ibadah, seperti puasa, salat, membaca Al-Qurâan, membaca tasbih, bersalawat, dan lain sebagainya. Jalan jenis ini merupakan jalannya orang-orang saleh, dan biasanya ditempuh oleh orang-orang yang tidak sibuk dengan pekerjaan hlm. 12.Di sisi lain, sebagia umat Islam menuju Allah dengan jalan mengabdi dan membantu khidmah kepada umat, para ulama, fakih, sufi, dan wali. Menurut Sayyid BakrĂŽ al-MakkĂŽ, berkhidmah kepada para ulama dan wali merupakan ibadah sekaligus membantu kaum Muslimin. Oleh karena itu, ia lebih utama daripada melaksanakan ibadah sunah hlm. 12.Dalam hal ini, Syekh Abdul Qâdir al-JailânĂŽ berkata âMâ waᚣaltu ilallâhĂŽ taâlâ bi qiyâmi lailin wa lâ ᚣiyâmi nahârin wa lâkin waᚣaltu ilallâhi taâlâ bi al-karami wa at-tawâá¸ui wa salâmah aᚣâᚣadr Aku sampai kepada Allah bukan karena salat malam dan puasa, tetapi aku sampai kepada Allah karena kedermawanan, tawaduk, dan lapang dada dan selamat dari penyakit-penyakit hatiâ hlm. 12.Dengan demikian, para pendidik, dokter, ahli hikmah, mekanik, teknisi, pejabat, TNI-Polri, akademisi, cendikiawan, seniman, dan lainnya bisa menuju Allah dengan jalan berkhidmah mengabdi kepada bangsa dan umat sesuai bidangnya Para BuruhSebagian umat Islam menuju Allah dengan jalan sedekah, seperti mengumpulkan kayu atau lainnya untuk dijual dan hasilnya disedekahkan. Menurut Sayyid BakrĂŽ al-MakkĂŽ, jalan jenis ini merupakan ibadah yang sangat bermanfaat, yang dengannya seseorang memperoleh keberkahan doa orang-orang Islam hlm. 12. Dengan demikian, orang-orang yang sibuk bekerja baik petani, pedagang, pegawai, buruh, maupun lainnya bisa menuju Allah dengan jalan hal ini, saudara penulis, Fahmi Saifuddin alumni Darul Musthofa, Tarim bercerita bahwa salah satu gurunya Habib Husein bin Umar al-Ḥaddâd menuju Allah dengan jalan berjualan buku, dan hasilnya disedekahkan. Sebenarnya Habib Husein sendiri merupakan seorang ulama terkenal dan disegani di Tarim yang biasa berdakwah hingga ke mancanegara seperti Afrika, dan termasuk ulama yang mampu secara ekonomi. Hal ini setidaknya bisa dilihat dari rumahnya yang besar layaknya rumah penduduk Tarim pada pada akhirnya beliau meninggalkan kemasyhurannya sebagai ulama dan memilih menjadi tukang jual buku kitab di emperan Pesantren Darul Musthofa milik Habib Umar bin Hafiz hingga wafat. Beliau menjual buku-buku tersebut hampir setiap hari dari pagi sekitar jam 9 hingga sore bakda Asar, dan melaksanakan salat Zuhur dan Asar secara berjemaah di musala Ahlul Kissaâ Darul penjualan buku itu disedekahkan secara langsung kepada fakir miskin dan para janda. Dalam hal ini, Habib Husein mengantarkan sendiri sedekah uang itu kepada mereka di rumah masing-masing setiap habis menjual buku-buku tersebut. Namun demikian, di waktu-waktu tertentu Fahmi Saifuddin pernah menjumpai Habib Husein mengajar beberapa Syekh salah satunya pengajar di Universitas al-Ahgaff di saqĂŽfah datuknya, Imam Habib Abdillâh bin AlawĂŽ al-Ḥaddâd pengarang Râtibul Ḥaddâd, di Zanbal, Tarim. Makanya, tidak heran jika beliau dianggap wali mastĂťr wali yang tersembunyi.Dengan demikian, semua orang Islam baik pemulung, petani, pedagang, buruh, ahli hikmah, sufi, kiai-ibu nyai, ustaz-ustazah, dai, pendidik, cendikiawan, akademisi, penulis, dokter, pejabat, TNI-Polri, seniman, maupun lainnya sama-sama memiliki kesempatan yang sama untuk sampai kepada Allah Yang Maha Indah dengan jalan masing-masing, sebagaimana telah disebutkan di atas.
perjalanan sufi menuju allah